Pada masa pengaruh Hindu-Budha, kawasan tersebut menjadi tempat pendirian bangunan-bangunan suci berupa candi. Hal itu dapat terjadi karena, salah satu dasar pemilihan lokasi pembangunan candi adalah tanah pendukung candi memenuhi kriteria yang terdapat di dalam pedoman pendirian candi, sebagai contoh, tanahnya subur. Kriteria lain adalah dekat dengan sumber air, seperti Candi Sukuh yang diapit oleh Sungai Parang Ijo di sebelah utara dan Sungai Jumog di sebelah selatan, Candi Planggatan yang terletak di dekat Sungai Jublek, serta Candi Cetha yang memiliki sebuah sumber air di bagian lereng atas candi yang sering disebut dengan nama Sendang Pundi Sari.
Bangunan untuk memuja para dewa yang sering disebut dengan candi, pada masa pengaruh Hindu-Budha, bentuk dasarnya adalah titik pusat yang diwujudkan dengan lambang atau bangunan tertentu. Bangunan tersebut merupakan pengaruh India dan menggambarkan sebuah gunung yang merupakan tempat tinggal para dewa. Candi dengan bentuk dasar seperti tersebut di atas pada umumnya dibangun pada sekitar abad IX-X Masehi meskipun tidak utup kemungkinan abad berikutnya masih dibangun dan difungsikan, contohnya Kompleks Candi Sewu di Kawasan Prambanan, Seiring berjalannya waktu bentuk bangunan candi mengalami perubahan. Candi yang pada awalnya berbentuk titik pusat kemudian berkembang dengan pola bangunan memusat, dan menjadi bangunan dengan teras-teras halaman dengan tempat paling suci berada di halaman paling atas atau belakang Pola ini mengingatkan kembali pada bangunan masa Pra Sejarah, yaitu Punden Berundak
Beberapa ahli berpendapat bahwa bangunan dari budaya Megalitik telah melebur ke dalam arsitektur masa Hindu-Budha, seni, dan arca. Kenyataan ini dijumpai pada candi-candi yang dibangun di sekitar Lereng Barat Gunung Lawu, meskipun candi masih digunakan sebagai pusat kegiatan ritual, akan tetapi terdapat sedikit perbedaan dengan cand-candi lain yang dibangun pada masa sebelumya. Terutama pada Candi Sukuh dan Cetha, terlihat jelas relief yang dipahatkan terkait dengan upacara pelepasan atau pembebasan seseorang dari energi negatif (lawa: Rawatan).
Candi Sukuh, Planggatan, dan Cetha merupakan contoh kesinambungan konsep atau potensi budaya lokal dari masa sebelum datangnya pengaruh Hindu-Budha dan masa akhir pengaruh tersebut.